Kamis, 14 Mei 2015

GENERASI PENERUS BANGSA

GENERASI PENERUS BANGSA 


bagian 1
         Satu sore saya dalam perjalanan pulang menuju rumah, di tengah jalan saya terhadang oleh sibuknya anak-anak bermain bola ditengah jalan, saya mulai mengurangi kecepatan kendaraan dan mulai maju sepelan mungkin, bunyi klakson yang santun dan pendek mulai saya berikan untuk mengingatkan bahwa saya permisi untuk melewati jalan, saat saya mulai menyadari klakson saya tidak didengar saya mulai kembali membunyikannya.. alhasil anak-anak tetap bermain dengan riang gembira dan saya kesulitan untuk melewati jalan, saya lanjutkan untuk maju perlahan dan... duk! bola meluncur keras ke arah wajah saya, saya paham yang saya hadapi hanyalah anak-anak, tetapi beberapa hal mulai mengganggu pemikiran saya, tidak satupun dari mereka kelihatan bersalah.. bahkan mereka tertawa-tawa gembira dan melanjutkan permainan, suara adzan maghrib mulai berkumandang..  dan wow! saya kembali dikejutkan dengan kata-kata anak-anak ini di antara adzan maghrib, semua kata-kata kotor yang tidak pantas didengar, tidak jauh dari jalanan itu adalah letak rumah saya, hehehe.. sebenarnya bukan rumah saya, karena saya hanya ngontrak hehe, kembali pada apa yang saya alami, entah kenapa hal ini mengganggu saya.

         Malam pun tiba, dan anak-anak bermain seperti tak mengenal lelah sambil berkata-kata kasar, dan mulai berakhir beberapa saat setelah adzan isya, tetapi saya mulai mengingat kembali ternyata hal ini terjadi hampir setiap hari, maksud saya anak-anak bermain di tengah jalan dan berkata-kata kasar, hanya saja biasanya saya tidak sebagai target meluncurnya bola hehehe.. ok, saya tidak akan melebih-lebihkan apa yang terjadi, hal ini biasa saja bagi kebanyakan orang, termasuk bagi saya.. hanya saja ada hal yang sangat mengganggu pikiran saya.

         Tentu saja saya tidak merasa perlu untuk dihormati, apalagi oleh anak-anak, saya rasa mereka belum memiliki kesadaran untuk menghormati orang tua, tapi entah kenapa.. menurut saya hal ini bisa diajarkan sebenarnya oleh orang tua mereka, bukankah anak-anak hanyalah selembar kertas putih yang isi dan tulisannya tergantung orang tua mereka masing-masing, seperti itulah analoginya bagi saya.

         Kurangnya rasa hormat dan sopan santun bukankah akan ber-akumulasi hari demi hari, tahun demi tahun dan akan menciptakan karakter manusia saat mereka dewasa nanti. Ya betul satu-satunya jawaban bersifat kesadaran individu orang tua dalam mendidik anaknya dan hal ini bukan urusan orang tua lain untuk mencampuri cara mendidik anak yang bukan anaknya.
         Tetapi hal ini menjadi catatan tersendiri bagi saya, bahwa saya tidak akan membiarkan anak saya tanpa sepengetahuan saya diluar pengawasan saya, berani untuk tidak santun dan tidak mempu menyadari arti sopan santun.

         Hal yang lebih miris harus saya terima, ternyata mereka (anak-anak itu) berada dan datang untuk belajar (les pelajaran), dan mereka bermain tepat disebelah rumah guru lesnya, hm.. apakah hal ini juga tidak mampu disadari oleh guru lesnya?? mksud saya.. hal ini mudah dimengerti, mudah untuk disadari, anak-anak harus diingatkan bahwa suara yang mereka buat mungkin mengganggu, kegiatan berteriak dan bermain bola ini berada di waktu para tetangga mungkin sedang melakukan kegiatan shalat maghrib, atau setidaknya mengajari untuk sadar apabila ada yang lewat ditengah permainan bola tersebut.

         Luar biasa.. bahkan hal seperti ini tidak mampu disadari oleh para pengajar yang seharusnya menanamkan kesadaran beretika sedini mungkin.

         Mungkin saya akan sedikit menceritakan dan melenceng dari tema, tapi ijinkan saya sedikit membahas kegiatan Les ini, apabila saya lihat dari sikap dan cara bicara anak-anak ini, saya mengambil kesimpulan bahwa anak-anak ini mengambil les sebagai pengaman.. maksud saya anak-anak ini kelihatan tidak terlalu cerdas ( maaf bukan saya meremehkan ) tetapi kelihatannya les ini akan membantu keberpihakan guru, setidaknya membantu nilai anak-anak ini disekolah, karena guru lesnya adalah guru sekolahnya juga.

         Terus terang, saya sedikit melihat kebelakang.. tentunya saya juga mengalami masa kanak-kanak, dengan kurangnya kemampuan untuk menyadari apa yang baik dan tidak baik, saya tidak akan membandingkannya, karena jamannya berbeda, saya pun termasuk anak yang kurang dididik untuk santun, tapi paling tidak saya bersyukur kurangnya pendidikan tidak membuat saya lupa untuk menyadari sopan santun disaat saya tumbuh dewasa.

         Lain kali saya akan lanjutkan dengan judul yang sama, karena banyak hal dan informasi harus saya kumpulkan untuk membuat artikel yang lebih berkualitas mengenai tema " GENERASI PENERUS BANGSA " paling tidak saya mulai mengamati dari hal-hal terdekat yang mampu saya renungkan dan mampu saya bagikan kepada pembaca dengan seadil dan seakurat mungkin.

          Terima kasih atas kunjunganya ke Blog saya yang sangat sederhana ini, silahkan komentarnya yang bersangkutan dengan temanya, mohon untuk tidak komentar asal (singkat) dan spam, mohon maaf dengan sangat.. iklan produk (dalam komentar) akan saya hapus demi kenyamanan para pembaca dan kerapihan Blog sederhana ini.